Kisah Mahasiswa dan Ibu Kos ( Part 2 ) - Kumpulan Artikel Cerita Seks Terbaru

Update Terbaru

Kumpulan Artikel Cerita Seks Terbaru

Kumpulan Cerita Seks & Foto Bugil Terbaru

Senin, 06 April 2020

Kisah Mahasiswa dan Ibu Kos ( Part 2 )

Dino on Twitter: "https://t.co/3d5ea8ZLLV Ngaceng liat susu tante ?… "
Bu Fitri


Setelah kejadian itu sikap bu Fitri mulai berbeda, ia agak dingin, dan kami mulai jarang bertegur sapa seperti biasanya, itu membuatku tidak nyaman hingga timbul rasa bersalah. Jika itu penyebabnya aku berjanji tidak mengulanginya dan membuang jauh-jauh pikiranku tentang dirinya.

Didorong oleh rasa tidak nyaman aku pun memberanikan diri bertanya padanya, kami bicara di dapur saat ia selesai beres-beres, apakah ia marah padaku karena kejadian itu.

Awalnya ia tak menjawab hanya memandangku datar, baru kemudian ia mulai bicara, ia mengatakan dirinya tidak marah, hanya saja semua yg kulakukan itu tidak baik dan dosa katanya, tak cuma itu ia pun tak habis pikir kenapa aku bisa seperti itu dgn wanita yg sudah berumur.

Aku hanya menunduk malu, pasrah dinasehati seperti itu, namun dalam hati aku sedikit lega ia tidak membenciku seperti yg aku duga.

Dua hari kemudian ibu memanggilku saat hendak ke kampus, ia berpesan agar nanti siang makan dirumah saja, karena hari itu ia masak bebek rendang. Siangnya setelah bertemu dosen pembimbing aku pun pulang, kebetulan dirumah ada Putri yg kembali dari asrama untuk mengambil makanan.

Setelah Putri pergi, aku pun kedapur, di meja sudah terhidang nasi, sayur dan bebek rendang, aku pun makan dgn lahapnya karena masakannya lumayan enak, sementara ibu sibuk membersihkan peralatan dapur.

Sehabis makan aku membantu membereskan piring-piring diatas meja, aku sempat memandangnya yg sedang bekerja di dapur, dalam pikiranku ia cukup menarik meski hanya mengenakan pakaian sekedarnya, pikiranku mulai bergejolak dan makin tak karuan, setelah meletakkan piring kotor di tempat pencucian, aku langsung mendekapnya.

Ia sedikit terkejut saat kepeluk dari belakang, tangannya mencoba melepas dekapanku, namun sudah terlanjur kuat.

“Ari kangen bu..,” bisikku ditelinganya.
“Ari ingat yg ibu bilang kemarin, kamu gak boleh seperti ini nak”, balasnya.

Namun aku tak kunjung melepas pelukanku, kutarik tangannya ke bagian selangkangan yg sudah mengeras untuk membuktikan ucapakanku.

“Ari ingin lagi, Ari butuh ibu” bisikku ditelingannya tanpa melepas pelukan.
“Iya..iya nanti ya, ibu kerja dulu” katanya, seakan ingin menenangkanku.

Siang itu aku benar-benar tak sabar menunggu janjinya yg kupikir pasti nanti malam, waktu seakan berjalan lambat. Malamnya kulihat ibu sedang menonton TV, lalu menjelang pukul 10 ia sudah tak lagi diluar pintu kamar tertutup, aku pun cepat-cepat keluar kamar, berjalan kedapur mondar mandir dgn pikiran tak karuan, aku berharap ibu keluar lagi karena aku sungkan masuk kekamarnya, kulihat lampu tengah sudah di matikan, sepertinya ia tak akan keluar lagi.

Namun tak lama kemudian ia pun keluar untuk buang air kecil, aku yg saat itu sedang pura-pura minum merasa bingung harus bagaimana, saat ia berada didekatkua langsung kupeluk dari belakang, ia berusaha menolak, namun aku terus mendekapnya dan menciumi tengkuknya hingga membuat ia terlena.

“Di kamar aja ya buk,“ kataku sambil melepasnya.

Ia tak menjawab dan pergi begitu saja masuk kekamarnya, aku berjalan dibelakang mengikutinya, sampai didalam kamar setelah pintu kututup langsung kupeluk tubuhnya, kelepas daster yang ia kenakan hingga tersisa celana dalam putih, ia memang tak mengenakan bra, dua payudaranya yg cukup menggoda.

Kuajak ia rebahan diatas ranjang, lalu kucumbui dgn penuh nafsu, sesuatu yg telah lama kutahan, kali ini ia tak menolak saat bibirnya kucium, awalnya mulutnya terasa kaku hingga lama kelamaan mulai terbiasa menerima, dari bibir aku turun ke dada dan memainkan mulutku di kedua gunungnya yg cukup berisi dan kenyal, tanpa kusadari desahan desahan kecil mulai keluar dari dari mulutnya.

Tak ingin lama-lama, kutarik celana turun hingga memperlihatkan bukit yg ditumbuhi bulu diselangangannya, ia sempat menutupinya dgn tangan. Aku bangkit dan melepas pakaianku, kini kami pun sama-sama tka berpakaian, aku berdiri di hadapannya dgn punyaku sudah mengacung, sementara diatas ranjang terbaring seorang wanita paruh baya menanti kenikmatan, tubuhnya disinari lampu kamar, tampak putih dgn badan yg berisi masih kencang membuatku tak sabar untuk menjamahnya.

Aku langsung memposisikan diriku di antara pahanya, memasukkan punyaku perlahan hingga masuk seluruhnya, kulihat bu Fitri tampak memejamkan mata seakan sedang menikmatinya. Aku kembali menindih tubuhnya, mencumbui sambil menggerakkan tubuhku.

“Ahhh…”, deru nafasku mulai tak beraturan.
“Ari hat…ohhhh”, ia pun ikut mendesah tanpa sempat melanjutkan kalimatnya.
“Iya..diluarkan” balasku.

Aku kembali melumat bibirnya, kali ini kami benar-benar berciuman, tanpa kusadari kedua tangannya sudah berada di pundakku, aku tak peduli dan terus memompa tubuhnya, kurasakan miliknya mulai basah dan hangat.

“Ari sayang ibu..hhh…” bisikku ditelinganya.

Sebuah ciuman mendarat di pipiku, kutatap matanya ia pun tersenyum, kubelai rambut dan dahinya, sejenak aku terdiam dan saling pandang, hingga kemudian ia tersentak saat punyaku kutekan kedalam, kuulangi kali beberapa kali, kupercepat membuatnya terpejam, kurasakan miliknya kembali hangat, ahhhh.… ia mendesah, suaranya terdengar parau.

“Enak buk?” tanyaku.

Ia tak menjawab, menatapku dgn tatapan sayu mencoba tersenyum, aku beranjak dan kembali memompa tubuhnya dgn posisi berbeda, kudekap pahanya yg terasa empuk, lalu kedua tanganku pindah kebagian dadanya, kurememas kedua gunung itu sambil tetap memompa, beberapa menit di posisi tersebut aku mulai merasa ingin segera keluar, aku tak ingin melakukan seperti sebelumnya, kucabut punyaku dan mulai berbaring di sebelahnya.

Kutarik tangan kirinya ke punyaku, ia memijit dan meremas batangku perlahan, tangannya terasa kaku mungkin tak terbiasa atau tak mengerti caranya, namun aku tetap menikmatinya sambil menciumnya dari samping.

“Ohhh…keluarin bu”, kataku, sambil tanganku ikut membantu.

Aku merasakan semakin dekat dan ohhh…aku mendesah bersamaan dgn cairan pejuh yg muncrat beberapa kali membasahi tangan kami berdua, ibu sempat hendak menarik tangannnya namun kutahan, agar ia merasakannya punya lelaki.

Setelah itu aku mulai kebingungan dgn pejuh yg menempel ditubuhku, untungnya ia bangkit dan membersihkannya, aku hanya menatapnya sambil berbaring, setelah mengenakan celana pendek aku berbaring disebelahnya, ia diam saja tak berkata sepatahpun, aku pun mulai membuka obrolan.

“Ibu tadi puas?” tanyaku.

Ia tak menjawab, aku memandangnya namun dari wajahnya aku bisa melihat raut kebahagiaan yg ia coba sembunyikan.

“Kenapa Ari bisa begini sama ibu?”
“Dari awal lihat ibu aku sudah suka”
“Suka gimana?”

Namun aku tidak menjawab.

“Apanya yg kamu suka?”

Aku berbalik dan memeluknya dari samping.

“Ibu masih cantik kok, Ari aja bisa suka”
“Udah tua keriput begini dibilang cantik”
“Pokoknya menurut Ari ibu itu masih…"
“Masih apa?”
“Masih kenceng”
“Masa?”
“Iya, jepitannya masih enak”

Ia tersenyum mendengarnya dan mencubit pinggangku.

“Ibu udah lama gak seperti tadi ya”
“Iya, semenjak cerai. waktu Putri masih SMP"

Kami terus mengobrol, membahas soal perceraianya.

“Ibu masih bisa hamil?”
“Masih karena masih haid, cuma agak susah sekarang”
“Kenapa Ari tanya begitu”
“Ya berarti Ari gak boleh buang didalam ya”

Aku mengecup pipinya dan terus mengobrol, aku mengatakan kalau aku ingin melakukannya lagi, namun ia tak menjawab, hanya saja ia memintaku untuk merahasiakan hal ini, aku mengatakan kalau aku ingin menjadi suaminya di malam hari, aku ingin memberi apa yg sudah lama tak ia rasakan, lalu kukecup keningnnya, kami lalu terlelap.