Mama ( Ilustrasi ) |
Tok tok tok
“Ma,” panggilku dari balik pintu kamar orangtuaku.
“Masuk aja Di,” sahut mama. Akupun masuk ke dalam kamarnya. Kudapati mama sedang tiduran di atas tempat tidurnya sambil menonton tv. Tampak seluruh tubuhnya kecuali kepalanya sudah masuk ke dalam selimut
“Sudah mau tidur ya?” tanyanya.
“Iya Ma,” jawabku yang dibalas mama dengan tersenyum. Mama kemudian bangkit dari posisi berbaringnya untuk kemudian duduk, selimutnya jadi turun sehingga memperlihatkan daster batik yang dia kenakan yang menurutku cukup tipis dan seksi.
Aku lalu berjalan mendekat ke arah mama, membungkuk, dan kemudian memberikan keningku untuk dikecup olehnya.
“Muach”
“Selamat tidur sayang mimpi indah yah,” ucap mama lembut memanjakan telingaku.
“Selamat tidur juga Ma,” balasku. Aku sebenarnya ingin berlama-lama di sini demi melihat kecantikan mama. Tapi karena tidak ada alasanku untuk berlama-lama, akupun jadi harus segera bergegas kembali ke kamarku agar mama tidak curiga.
Sebelum menutup pintu aku melihat ke arah mama lagi. Dia tersenyum manis lagi padaku. Begitu indah. Senyuman mama begitu menenangkan. Aku harap aku akan mimpi indah karena melihat senyumnya itu.
Mama biasanya hanya akan mencium keningku saja, tapi sesekali dia juga akan mencium kedua pipiku. Tentunya itu merupakan hal yang biasa jika seorang ibu mencium anaknya. Akupun tidak pernah berpikir macam-macam sebelumnya, bahkan kadang aku risih saat mama menciumku ketika akan berangkat sekolah. Namun semenjak aku mulai mengenal yang namanya bokep, bacaan porno, serta obrolan-obrolan cabul teman-temanku, aku jadi tertarik dengan yang namanya tubuh wanita dewasa. Aku mulai mengoleksi film-film porno dari internet yang ceweknya cantik-cantik. Hingga akhirnya aku sadar kalau ternyata di rumahku aku memiliki wanita yang daya tariknya melebihi wanita manapun yang pernah aku lihat, yang tak lain adalah ibu kandungku sendiri.
Ibuku bernama Lastri. Sehari-hari dia hanya menghabiskan waktu dengan mengurusi rumah. Dia hanya keluar rumah kalau ada perlu berbelanja di warung ataupun mengikuti arisan. Aku sendiri merupakan anak tunggal. Makanya tidak heran aku begitu dimanjakan oleh mama.
Saat pagi ketika aku akan pergi ke sekolah, pulang sekolah, dan malam hari, mama selalu ada untukku. Sehingga aku merasa kalau mama memang tercipta ada untukku. Mama begitu sempurna, dan tampak semakin sempurna karena beliau memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang sangat menarik di mata pria manapun, termasuk aku anaknya sendiri.
Sebenarnya aku merasa bersalah membayangkan yang tidak-tidak pada ibu kandungku sendiri. Namun sosok mama yang cantik betul-betul menarik perhatianku. Membuat aku semakin hari semakin jatuh hati padanya. Membuatku semakin hari semakin menjadi-jadi membayangkan hal-hal cabul yang tidak pantas dibayangkan seorang anak terhadap ibu kandungnya sendiri. Apalagi Mama termasuk orang yang cuek kalau berpakaian di dalam rumah. Tak jarang aku sering melihatnya hanya mengenakan daster tanpa bra, ataupun keluyuran di dalam rumah dengan hanya mengenakan handuk. Jadilah onaniku semakin menjadi-jadi. Bejatnya diriku, seorang anak yang onani sambil membayangkan wajah dan tubuh ibu kandungnya sendiri!
Tentunya aku tidak bisa berbuat lebih selain hanya bisa mengkhayal. Oleh karena itu aku sangat menantikan datangnya malam ketika akan tidur, karena di saat itulah aku bisa mendapatkan waktu berduaan dengan mama. Mendapatkan hangatnya ciuman dari mama meskipun hanya ciuman di kening dan di pipi. Namun itu sudah cukup bagiku.
Kalau aku sedang beruntung, aku bisa mendapatkan ciuman berkali-kali dan sangat lama darinya. Kadang aku menemukan mama hanya mengenakan pakaian dalam saja di balik selimutnya. Posisiku kadang hanya berdiri sambil membungkukkan badan menghadapkan keningku ke arah mama, kadang aku duduk di sebelahnya, tapi sesekali aku pernah nekat ikut berbaring di sampingnya ataupun menindih tubuhnya dengan modus ingin bermanja-manjaan. Mama biasanya hanya memprotes tubuhku yang sudah semakin berat ketika aku menindihnya. Dan setelah mendapatkan ciuman dari mama, aku pasti akan langsung lanjut onani di dalam kamarku.
Hari demi hari terus berganti. Tiap malam aku selalu mendapatkan ciuman selamat tidur dari mama. Dan tiap malamnya aku selalu memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin. Aku selalu berusaha mencoba agar setiap malam aku mendapatkan hal yang lebih dari apa yang aku dapatkan di malam-malam sebelumnya. Hal itu tidak sia-sia, karena beberapa malam belakangan ini justru posisi menindih mama yang selalu aku praktekkan. Mama tidak pernah mengeluh lagi karena berat badanku. Malah kadang dia merentangkan tangannya seakan menyambutku untuk memeluk dan menindihnya, untuk kemudian mencium kening dan juga pipiku. Tentunya semua itu hanya bisa ku dapatkan kalau tidak ada ayah di rumah. Kalau ada ayah di rumah biasanya aku hanya mendapatkan ciuman di ruang keluarga saja dari mama. Ayah memang jarang pulang karena dia sibuk mengurusi pekerjaannya di luar kota. Pekerjaan ayahku memang membuatnya jadi sering berpergian baik ke luar kota maupun ke luar negeri, sehingga membuat mamaku jadi sering tidur sendirian saat malam. Karena ayahku yang jarang di rumah itu jugalah yang membuatku jadi lebih akrab dengan mama dibandingkan dengan ayahku.
Malam ini, setelah aku selesai mengerjakan PR akupun melangkah ke kamar mama untuk mendapatkan ciuman selamat malam darinya lagi. Selama beberapa malam ini mamaku memang hanya tidur sendirian karena ayahku sedang ada pekerjaan di luar kota. Malam ini aku ke kamar mama hanya dengan mengenakan celana pendek tanpa memakai celana dalam lagi di baliknya, sama seperti beberapa malam kemaren. Saat pertama kali mama memang agak heran melihatku masuk ke kamarnya dengan hanya memakai celana pendek saja, tapi aku beralasan karena kepanasan saat tidur. Maka jadilah aku selalu datang ke kamarnya tiap malam dengan hanya memakai celana pendek saja seperti saat sekarang ini.
‘Tok tok tok’
“Ma...”
“Iya Di masuk”
Akupun masuk. Seperti biasa, kamar mama terasa begitu nyaman dan sejuk karena mempunyai AC. Apalagi dengan keberadaan mama di tempat tidur yang siap memberikan ciuman selamat malam untukku. Tentunya membuatku sangat betah dan selalu ingin kembali lagi ke sini.
“Sudah mau tidur yah?”
“Iya Ma”
“Pe-er nya sudah siap belum?”
“Udah kok ma” jawabku. Mama tersenyum manis, kemudian dengan isyarat tangan memintaku untuk mendekat ke arahnya. Dadaku lagi-lagi berdebar-debar tak sabar untuk mendapatkan ciuman dari mama. Dengan tak sabaran akupun mendorong pelan tubuh mama hingga tubuhnya tertindih olehku.
“Nnnggghhh... Adi.. Pelan-pelan!” mama menjerit kecil karena perbuatanku. Aku cuek saja. Karena hal ini sebenarnya cukup sering juga kulakukan pada mama, dan semuanya hanya mama balas dengan menjerit kecil seperti itu. Tentunya mendengar teriakan kecil dan manja seperti itu tak membuatku berhenti.
Ku posisikan wajahku sejajar dengan wajah mama, sehingga membuatku dapat merasakan tarikan nafasnya. Kedua tanganku kini berusaha memeluk tubuhnya yang dihimpit olehku. Dadaku bergesekan dengan daster tipisnya, dapat kurasakan kalau mama tidak mengenakan bra seperti malam-malam kemaren. Ah... Sungguh suasana ini begitu erotis bagiku. Penisku berdiri dengan tegangnya. Karena tubuhku yang lebih pendek, penisku hanya sejajar dengan perutnya. Tentunya tanpa aku yang memakai celana dalam penisku jadi semakin bebas berdiri di bawah sana. Aku tidak tahu apakah mama merasakannya atau tidak, karena masih ada selimut yang cukup tebal memisahkan bagian bawah tubuh kami.
“Selamat malam sayang,” ucap mama gemas sambil menciumku tepat di kening, kemudian kedua pipiku.
Selama ini memang kening dan pipiku saja yang dicium oleh mama. Namun malam ini aku berencana untuk juga mendapatkan ciuman di bibir darinya. Aku penasaran bagaimana rasanya. Aku sudah menahan-nahannya cukup lama, dan aku ingin mendapatkannya malam ini. Tapi mama sepertinya tidak akan mencium bibirku. Jadi ku beranikan saja aku yang memulai, karena aku yakin aku tidak akan dimarahi olehnya. Dengan cepat akupun mengecup bibir mamaku. Mama tampak sedikit terkejut. Dia terlihat heran dengan tingkahku, tapi dia tidak marah. Akupun menciumnya sekali lagi, kali ini sedikit lebih lama. Dia masih tetap membiarkan. Aku cium bibirnya lagi dan lagi. Meskipun mama terlihat ragu, namun dia terus membiarkan bibirnya diciumi olehku berkali-kali.
Setelah beberapa kali ku mencium bibirnya, barulah mama angkat suara.
“Kamu kenapa jadi manja banget gini sih?”
“Memang gak boleh ya aku manja-manjaan sama mama?” Aku balik bertanya.
“Boleh sih Mama cuma gak nyangka aja kalau kamu bakal nyium bibir mama. Dulu kan kamu risih banget kalau mama cium, katanya malu anak laki-laki udah gede masih dicium mamanya, tapi sekarang malah nyium bibir mama. Ada apa sih?”
“Ng-nggak kenapa-kenapa kok, setelah Adi pikir-pikir gak ada salahnya deh Adi dicium sama mama sendiri, hehe,” aku sedikit grogi menjawabnya. Mama tersenyum kecil. Aku hanya berharap mama tidak curiga.
“Jadi boleh kan ma aku cium bibir mama?” tanyaku lagi.
“Hmm... Ya boleh, gak papa kok”
“Nyium bibir mama terus-terusan boleh juga kan? Hehehe,” tanyaku lagi.
“Hihihi, kok kedengarannya agak gimana ya gitu... Hmm Iya-iya. Boleh kok sayang, kamu boleh cium bibir mamamu ini selama yang kamu mau dan kapanpun kamu pengen cium,” balasnya sambil tersenyum, namun kali ini senyumannya terlihat sedikit nakal di mataku. Seakan sengaja ingin menggodaku. Apakah mama tahu kalau aku punya pikiran nakal terhadapnya? Entahlah, yang pasti saat ini aku sangat senang karena ternyata mama membolehkan aku mencium bibirnya sesuka hatiku.
Akupun dengan cepat kembali menciumi bibir mama berkali-kali. Mama menjerit tertahan, membuatku semakin bersemangat menciumi mama. Dia tidak terlihat ragu-ragu lagi menerima ciumanku. Tentunya tidak hanya bibirnya yang aku cium, tetapi juga kening dan pipinya. Meskipun ciumanku masih sekedar mengecup saja, tapi aku senang karena akhirnya sudah bisa menciumi wajah mama dengan bebas, apalagi dengan posisi menindih tubuhnya seperti ini. Mama juga sesekali membalas ciumanku, baik di kening, pipi dan juga bibirku. Tentunya membuat perasaanku makin melayang. Aku horni berat, tapi aku mencoba untuk mengontrol diri agar tidak berbuat lebih jauh dulu agar mama tidak berbalik marah dan menghentikan perbuatanku.
Cukup lama juga ternyata kami saling berciuman. Ini ciuman selamat malam terlama dan paling menyenangkan yang pernah aku dapatkan. Andai mama tidak menyuruhku berhenti dan kembali ke kamarku untuk tidur, aku pasti akan terus menciumi mama hingga pagi.
Saat kembali ke kamarku, akupun melanjutkan dengan onani. Spermaku keluar dengan banyaknya karena membayangkan apa yang barusan terjadi bersama mama. Tentunya ku berharap malam-malam selanjutnya tetap akan seperti ini. Bahkan semoga akan semakin heboh dan lebih panas lagi.
Sejak malam itu aku tidak hanya mendapatkan ciuman di kening dan di pipi saja dari mama, tapi juga di bibirku. Dan juga yang mana biasanya hanya mama yang akan menciumku, kini juga telah berubah dengan aku yang juga aktif menciumi seluruh wajah mama termasuk bibirnya. Mama dengan senang hati akan menyambut kedatanganku untuk memberikan bibirnya untuk ku nikmati di atas tempat tidurnya. Kebiasan itu terus kami lakukan setiap malam.
Hingga pada suatu malam saat ayah tidak pulang, aku meminta mama untuk tidur bareng dengannya. Mama setuju.
“Mau di kamar mama atau di kamarmu?” tanya mama.
“Dimana ya bagusnya? Di kamar mama aja deh, sejuk ada AC-nya,” jawabku.
“Oke sayang mama tunggu ya di kamar buruan selesaikan PR-nya ya,” ucap mama sambil tersenyum manis. Aku gregetan melihat senyum manisnya yang lagi-lagi terlihat nakal itu. Belum apa-apa kontolku sudah ngaceng. Dengan cepat ku selesaikan PR-ku. Aku tidak sabar ingin berduaan dengan mama sepanjang malam.
Saat PR-ku sudah selesai, akupun segera ke kamar mama. Seperti biasa, aku hanya mengenakan celana pendek saja. Saat masuk ke kamarnya. Ku lihat mama sedang duduk di tepi tempat tidur. Dia sudah berganti pakaian dengan gaun tidur berwarna hitam. Sungguh Mama terlihat sangat cantik dengan gaun tidur yang dia kenakannya itu. Mama terlihat sangat menggairahkan.
“Gaun mama cantik. Gaun baru yah ma?” tanyaku dengan mata terus menikmati memandang indahnya sosok ibu kandungku itu.
“Yup kamu suka sayang?” Mama bertanya sambil berpose dan bergaya di depanku. Seakan mempersilahkan mataku menatap dirinya sepuas-puasnya. Ingin rasanya ku onani saat itu juga. Membuka celanaku dan mengocok kontolku di depan ibu kandungku ini.
“Su-suka ma... mama cantik, seksi, sempurna,” jawabku. Mama hanya tertawa kecil mendengar ucapanku. Aku sangat senang mama membeli gaun tidur baru dan khusus mengenakannya untukku. Mama masih bergaya di depanku. Aku selalu menahan nafas dan menelan ludah berkali-kali tiap mama berganti pose. Kontolku betul-betul tegak dengan tegangnya dan terlihat sangat menonjol dari celana. Aku yakin mama bisa melihatnya, tapi dia seperti tidak ingin mempedulikan.
“Kamu mau berdiri sampai kapan sih Yang? Yuk buruan bobok,” ajak mama manja dengan isyarat tangan menepuk tempat tidur.
“I-iya ma”
Gila sensasi luar biasa menjalar di seluruh tubuhku karenanya. Ternyata ayahku memang sangat beruntung bisa menikahi mama, namun sayang dia tidak bisa tiap malam mendapatkan indahnya malam seperti saat ini. Untuk malam ini, mama khusus untukku, anak kandungnyalah yang akan menikmati mama malam ini.
“Ayo doooong.” ucap mama lagi. Tidak ingin tunggu disuruh lagi, akupun segera menarik tangan mama dan menghempaskannya ke tempat tidur. Ku tindih tubuh moleknya. Kuciumi seluruh wajahnya tanpa ampun, termasuk bibirnya. Mama hanya menjerit tertahan sambil sesekali tertawa geli. Membuatku jadi semakin bernafsu padanya.
Aktifitas yang dulunya hanya sekedar kecupan di kening dari mama, kini telah menjadi pencumbuan yang panas antara aku dan mama. Kami saling berciuman. Menciumi wajah satu sama lain. Aku tidak lagi hanya sekedar mencium, lidahku juga bermain-main menjilati halusnya wajah ibu kandungku ini. Wajah mama yang cantik dan putih mulus sampai basah oleh liurku. Kening, pipi, hidung hingga bibirnya kuciumi dan kujilati sepuas hatiku. Lidahku kini juga sudah berani masuk ke dalam mulut mama, berusaha menggapai lidahnya untuk saling berpagutan. Awalnya mama seperti ingin berontak karena terkejut, namun lama kelamaan mamapun membalas permainan lidahku di mulutnya.
“Kamu mau nyium mama sampai kapan sih? Buruan tidur gih,” ucap mama akhirnya dengan nafas terengah-engah. Dadanya naik turun. Tampak mama sudah berkeringat. Belahan dadanya terlihat semakin indah karena mengkilap oleh keringat. Ingin rasanya ku benamkan wajahku di sana.
“Lihat udah jam berapa tuh? Besok kamu sekolah kan?” Ucap mama sekali lagi. Ku lihat jam di dinding, ternyata sudah lewat setengah jam lidahku bermain-main di wajah ibu kandungku ini. Tapi tentunya aku masih belum ingin berhenti. Rasanya tidak ada puasnya menikmati indahnya wajah mama.
“Bentar lagi dong ma... Mama tidur aja duluan, aku masih pengen cium-cium mama”
“Hihihi, mana bisa mama tidur kalau kamu nyiumin mama terus,” balas mama sambil menowel keningku. Aku cengengesan mesum dan kembali menciumi seluruh wajahnya.
“Dasar nakal nnghhh,” mama melenguh. Entah karena kesal karena aku tidak mau berhenti atau karena horni, aku tak tahu. Yang jelas kini mama hanya pasrah diciumi putranya.
Tubuhku kutempel erat ke tubuh mama sambil terus mengajaknya berciuman. Tanganku menggerayangi punggungnya, kakiku juga mengapit erat kaki mama. Dan tentu saja penis tegangku yang masih tertutup celana juga bergesek-gesekan dengan perut mama.
Entah bagaimana awalnya, sekarang gaun tidur yang mama kenakan sudah tidak melekat sempurna lagi di tubuhnya. Sambil terus menerima ciumanku, mama juga berusaha untuk membetulkan posisi pakaiannya. Tapi tentunya tidak mudah karena tubuhnya tertindih olehku yang masih terus menciuminya dengan buas. Justru aku yang berusaha membuat gaun tidur mama semakin tak karuan. Hingga akhirnya sebelah buah dadanya terbuka dan terpampang jelas di mataku, barulah kemudian mama mendorong tubuhku dengan kuat.
“Udah ah, bandel,” ucapnya cemberut.
Aku bangkit dan duduk di sebelah mama. Ku perhatikan kondisi mama. Pundak mama yang licin sudah terbebas dari tali gaun tidurnya. Sebelah buah dadanya terekspos. Bagian bawah gaun tidurnya juga sudah tersingkap sampai ke perut hingga memperlihatkan celana dalamnya. Mama terlihat sangat seksi dengan kondisi seperti ini. Tapi mama segera membetulkan kondisi gaunnya, tentunya aku kecewa.
“Ma”
“Apa?”
“Kalau mama kepanasan, buka aja bajunya keringatan gitu,” ujarku berharap.
“Huuu... mau mu... enak aja,” tolak mama sambil memeletkan lidah lalu tertawa kecil, seakan senang membiarkan anak kandungnya ini mupeng berat terhadapnya.
Aku terus merengek meminta mama melepaskan gaun tidurnya, tapi mama tetap tidak mau membukanya. Akupun akhirnya mengalah. Yah, tidak apalah, aku tidak ingin juga memaksanya saat ini. Bisa-bisa mama nanti marah dan aku tidak diperbolehkan melakukan hal cabul seperti ini lagi padanya.
“Terus sekarang kamu masih pengen nyium mama atau udah mau tidur nih?” tanya mama kemudian. Tentu saja aku masih pengen menciumi mama. Tanpa menjawab akupun kembali menindih mama. Kami kembali lanjut berciuman panas, saling berpagutan dan bermain lidah hingga tubuh kami bermandikan keringat. Kadang aku meminta mama agar mama yang berada di atas. Dengan posisi seperti ini, tanganku lebih leluasa mengelus-elus punggung mama. Bahkan tanganku kini juga sudah berani mengelus pantatnya, mama tidak memprotes. Berkali-kali gaun tidurnya itu kembali ku buat acak-acakan hingga memperlihatkan sepasang ataupun kedua buah dadanya lagi, tapi berkali-kali juga mama akan berhenti menciumku untuk membetulkan gaun tidurnya.
Saat berhenti berciuman untuk mengambil nafas, aku yang horni berat memberanikan diri menurunkan celanaku hingga penisku terbebas di hadapannya. Posisiku masih berbaring saat itu. Sedangkan mama duduk di sebelahku.
“Celananya kenapa diturunkan sayang? Ngapain sih?” tanyanya. Wajah mama tampak merah.
“Ngeganjal ma... gak apa ya?”
“Ya jangan dong...” balas mama tertawa.
“Plis maa.... malam ini aja” aku mencoba membujuknya sambil merengek. Akhirnya mama membolehkannya juga. Tentunya mama sudah tahu kalau aku memang punya niat mesum. Tapi sepertinya dia masih membiarkanku.
“Oke-oke... tapi jangan aneh-aneh ya kamu... Kalau kamu mau dibuka aja celananya, jangan cuma diturunkan gitu” ujar mama kemudian.
“Oke ma... bantuin dong, hehe” ucapku. Dia geleng-geleng kepala sambil tertawa.
“Ya ampun kamu ini,” jawab mama sambil membantuku melepaskan celanaku. Akhirnya kini akupun beneran telanjang bulat. Meski mama sepertinya tahu kalau aku punya niat mesum, tapi mama tetap bertingkah seakan tidak terjadi apa-apa.
Kamipun berciuman lagi. Rasanya sungguh luar biasa saling berciuman dengan mama dengan kondisiku telanjang bulat seperti ini. Penis tegangku tidak tertup apa-apa lagi bergesekan dengan perut dan selangkangan mama.
Cukup lama kami bermesraan, saling berciuman yang tidak sepatutnya dilakukan oleh ibu dan anak kandungnya. Yang mana aku telanjang bulat sedangkan mama mengenakan gaun tidur yang seksi. Sungguh mama membuat aku konak bukan main. Kecantikan wajahnya, kemolekan tubuhnya, ditambah dengan gaun yang dia kenakan. Aku mupeng berat, tapi ku coba untuk tidak berbuat lebih dari ini sekarang. Hingga akhirnya mama meminta untuk berhenti karena mama sudah sangat mengantuk. Aku yang juga sudah mengantukpun setuju. Aku pikir sudah cukup malam ini. Menurutku apa yang baru saja terjadi malam ini sudah sangat luar biasa.
Aku dan mama kemudian masuk ke dalam selimut. Dia sempat bertanya apa aku akan tidur telanjang bulat begitu. Aku jawab saja iya. Dia membiarkan.
“Selamat tidur sayang mimpi indah ya” ucap mama.
“Selamat tidur juga mamaku sayang” balasku.
Aku penasaran apa yang akan terjadi malam-malam selanjutnya bersama mama. Aku tak sabar ingin mendapatkan ciuman selamat malam lagi darinya.
....
Karena aku tidak onani, paginya kudapati celanaku basah. Aku mimpi basah. Tentunya membuat mama kesal karena harus membersihkan selimut dan sprei tempat tidur. Meskipun begitu, mama tidak menolak saat malamnya aku meminta untuk tidur bareng dengannya lagi.
Saat aku masuk ke kamar mama malam harinya, mama sudah siap menungguku di tepi tempat tidur, dia telah mengenakan gaun tidur yang berbeda dari kemaren. Birahiku langsung naik melihat ibu kandungku itu. Mama sangat cantik. Akupun langsung menuju mama untuk mengajaknya berciuman. Kami berciuman dengan panasnya seperti kemaren. Saling mencium, membelit lidah, dan menjilati wajah satu sama lain hingga badan kami bermandikan keringat karena panasnya aksi kami.
Aku kemudian menurunkan celanaku dan bertelanjang bulat.
“Dasar,” hanya itu yang dia ucapkan sambil mencubit pelan hidungku. Lagi-lagi dia tidak memprotes. Akupun kembali berciuman dengan mama dengan penis mengacung bebas.
“Sayang...” panggil mama setelah cukup lama kami saling berciuman.
“Ya Ma?”
“Sebelum tidur kamu keluarin dulu deh, jangan sampai nanti ngotorin sprei dan selimut lagi,” suruh mama padaku.
“Keluarin apa Ma?”
“Sperma kamuuu”
“Oh emang mama udah mau tidur ya?
“ Iya emang kamu belum? Mau nyium mama sampai kapan sih? Sana, ke kamar mandi”
“I-iya Ma,” jawabku. Akupun ke kamar mandi. Ku kocok penisku sambil membayangkan mama. Bisa saja aku muncrat saat itu juga karena aku memang sangat horni, tapi aku tiba-tiba memikirkan rencana lain. Aku kembali masuk ke dalam kamar mama.
“Sudah keluar Yang?” tanyanya sambil berbaring miring menghadap ke arahku.
“Belum ma”
“Lho... kok belum?”
“Gak mau keluar, aku boleh gak keluarin di sini aja? Di depan mama, gak akan kena sprei kok”
“Duh kamu ini. Ya udah, terserah kamu deh. Asal jangan kena sprei lagi ya”
“Iya”
Aku senang sekali. Segera ku kocok kontolku. Rasanya gimanaaaa gitu mengocok kontol di depan ibu kandung sendiri sambil dilihatin olehnya. Sensasinya sungguh luar biasa. Begitu cabul. Aku yakin mama juga merasa aneh melihat aku onani di depannya. Mungkin dia merasa risih, tapi sepertinya sensasi erotis ini justru membuat kami semakin penasaran dan ketagihan melakukan hal tabu yang tidak sepatutnya dilakukan oleh ibu dan anak seperti yang sedang kami lakukan sekarang.
“Enak Di?”
“Enak banget Ma... ouhhhhh” jawabku sambil terus mengocok.
“Kamu suka ya onani di depan mama?” tanyanya tersenyum manis.
“Iya Adi suka ngocok kontol Adi sambil dilihatin mama. Mama cantik, seksi, aku pengen ngocok sampai Adi muncratin peju di depan mama,” jawabku vulgar. Darahku berdesir karena akhirnya aku mengucapkan kalimat seperti itu pada ibu kandungku sendiri. Mama sendiri hanya tersenyum kecil mendengar ucapanku. Entah apa yang ada di pikirannya mendengar anak kandung laki-lakinya berucap seperti itu pada dirinya.
“Sini naik,” pinta mama kemudian. Aku turuti saja permintaannya. Aku naik ke tempat tidur dan berbaring di samping mama. Ku tatap wajah cantik mama yang juga sedang menatapku. Tanganku masih terus mengocok kontolku.
Tiba-tiba mama naik ke tubuhku lalu mencium bibirku dan mengajakku membelit lidah. Aku terkejut. Sensasi yang ku rasakan kini menjadi berkali-kali lipat. Rasanya sungguh luar biasa mengocok kontol sambil berciuman dengan mama sendiri.
“Biar cepat keluar, mama udah ngantuk ucapnya berbisik” Aku senang sekali mama seakan membantuku onani. Kamipun saling berciuman sambil aku terus mengocok kontolku. Tidak butuh waktu lama, aku yang dari tadi sudah horni kini tak tahan lagi untuk mengeluarkan isi kantong zakarku. Mama yang sadar aku akan segera muncratpun melepaskan ciumannya.
“Sana keluarin, jangan sampai ngotorin sprei,” suruhnya. Akupun miringkan tubuhku menghadap tepi ranjang.
“Ma. Aku muncraaaat”
“Iyaah, keluarin aja semuanya anakku sayang. Keluarkan spermamu” ucap mama manja.
“Mamaaaaaaa nggghhhh”
Crooooot Croooooott
Sambil menyebut mama akupun menembakkan spermaku ke lantai. Begitu banyak dan kental mengotori lantai kamar tidur orangtuaku. Aku senang sekali. Aku baru saja onani terang-terangan di hadapan ibu kandungku dan mengotori lantai kamarnya.
“Udah selesai?”
“Udah”
“Enak nggak?”
“Enak ma tapi lantainya jadi kotor tuh Ma”
“Mana? Coba mama lihat,” ucapnya sambil berangsut ke sisi ranjang tempat aku berbaring, tubuhya menindih diriku. Langsung saja ku peluk tubuhnya. Mama sepertinya penasaran sebanyak apa sperma yang keluar dari kontol anak kandungnya karena beronani membayangkan dirinya. Tentu saja sangat banyak, karena ini onani terhebat yang pernah aku rasakan. Tidak ada yang lebih hebat dari pada onani membayangkan ibu kandung sendiri di hadapan beliau langsung.
“Banyak kan Ma?” ujarku bangga menunjukkan sperma hasil onaniku barusan pada mama.
“Iya banyak. Duh, sampai berceceran kemana-mana gitu... Tapi gak apa deh lantainya yang kotor, asal jangan spreinya aja yang kotor”
“Berarti besok boleh lagi dong Ma?” tanyaku antusias.
“Yeee mau nya,” ucapnya gemas sambil menarik-narik hidungku.
“Hehehe”
“Itu udah semua kan? Jangan sampai mimpi basah lagi ya nanti”
“Iya Ma”
“Ya udah, tidur lagi sana,” ucap mama turun dari tubuh telanjangku.
“Tapi besok boleh lagi kan Ma?” tanyaku sekali lagi karena penasaran. Mama tidak menjawab. Dia hanya tersenyum.
“Selamat malam sayang, muach...” ucapnya sambil mengecup keningku, lalu menyelimuti tubuhnya dan memunggungiku. Arghh aku sungguh gemas. Beruntungnya aku punya ibu kandung seperti mama.
Sejak saat itu, setiap papa tidak pulang ke rumah, aku akan selalu meminta mama untuk tidur dengannya. Mama tidak keberatan. Dia selalu menyambutku dengan senang hati saat aku masuk ke kamarnya. Biasanya aku akan ke kamar mama saat waktu menunjukkan pukul 10 malam. Mama selalu siap dengan gaun tidur yang dia kenakan. Bahkan sekali seminggu mama pasti akan mengenakan gaun tidur baru yang baru saja dia beli, yang mana khusus tersaji untuk dilihat oleh anak kandungnya seorang.
Ketika masuk ke kamar mama, aku akan langsung membuka celanaku dan bertelanjang bulat. Kalau tidak tahan, aku akan langsung mencium mama sambil berdiri, barulah kemudian mengajak mama berciuman dan membelit lidah di ranjang. Berguling-gulingan, berpelukan hingga tubuh kami banjir keringat. Setelah puas, aku kemudian akan mengocok penisku dengan ditemani mama sampai aku memuncratkan spermaku ke lantai. Hal tersebut terus kami lakukan setiap malam.
Gaun tidur yang mama kenakan biasanya akan acak-acakan karena ulahku hingga memperlihatkan buah dada dan celana dalamnya. Gaun tidurnya menggantung begitu saja di perut mama. Sekarang mama tampaknya sudah capek harus membetulkan gaun tidurnya lagi. Dia kini pasrah saja buah dadanya menjadi santapan mata anak laki-lakinya. Pernah aku mencoba untuk menyentuh buah dadanya, tapi tanganku langsung ditepis mama. Dia ternyata masih tidak mau aku melakukan hal yang lebih jauh.
Pada suatu malam, saat kami sedang asik-asiknya berciuman hingga keringatan. Aku yang terlalu bernafsu menjamah tubuh mama membuat gaun tidur yang mama kenakan menjadi robek, padahal itu gaun tidur yang baru saja dia beli, dan ku tahu harganya cukup mahal.
“Duh, robek kan... kamu sih yang” ujar mama cemberut. Bagian yang robek itu membuat buah dada mama terpampang bebas. Membuat mama terlihat sangat menggairahkan.
“Maaf deh Ma“ ucapku. Mama menatap lama padaku. Matanya memancarkan sesuatu. Aku tahu kalau mama akan melakukan sesuatu yang luar biasa.
Benar saja, mama dengan gerakan perlahan mulai membuka gaun tidurnya. Dia lepaskan pakaiannya itu dari tubuhnya, kemudian dengan sembarang melempar gaunnya itu ke sudut kamar. Sekarang mama nyaris telanjang bulat! Hanya mengenakan celana dalam saja! Aku semakin birahi melihat ibu kandungku ini.
“Ma,” panggilku dengan nafas tertahan. Aku begitu takjub dengan pemandangan ini. Mama begitu mempesona. Buah dadanya begitu indah menggantung. Urat-urat hijau begitu kontras dengan kulit payudara mama yang putih. Begitu memanjakan mataku, anak laki-lakinya ini.
“Bajunya robek, gak bisa dipakai lagi,” ucap mama santai. Sungguh menggemaskan, langsung ku tarik mama dan menindih tubuhnya lagi. Kami saling berciuman lagi. Kali ini tubuh telanjangku bergesekan langsung dengan tubuh mama yang juga nyaris telanjang. Dadaku berhimpitan dengan buah dadanya. Puting susunya terasa menekan dadaku. Tanganku kini dengan bebasnya menggerayangi punggung mama. Sungguh sensasi yang luar biasa bisa bermesraan dan bertelanjang berdua dengan ibu kandung yang cantik dan seksi seperti mama. Aku begitu horni.
Semakin lama aku semakin tak kuat, tanganku sudah menggerepe-gerepe kemana-mana hingga meremas pantatnya yang terbalut celana dalam. Bau tubuh mama yang berkeringat betul-betul membuatku tak tahan. Akupun akhirnya beranjak ke tepi ranjang dan menumpahkan spermaku ke lantai. Barulah setelah itu kami tidur.
Aktifitas seperti itu selalu kami lakukan setiap malam. Kadang mama menantiku dengan gaun tidurnya, tapi kadang menantiku dengan hanya memakai celana dalam. Akupun kini setiap ke kamar mama sudah tidak memakai apa-apa lagi dari kamar. Kalau saat itu mama sedang memakai gaun tidur sedangkan aku ingin mama bertelanjang, maka akupun meminta mama melepaskan gaun tidurnya, bahkan membantu menelanjangi mama. Mama tidak menolak. Dia membiarkan anak lelakinya sendiri menelanjangi dirinya. Entah apa jadinya kalau papa mengetahui kalau istrinya ditelanjangi, dijamah, dan cium habis-habisan oleh anak kandungnya sendiri di atas tempat tidurnya. Entah apa jadinya kalau lantai kamarnya selalu kotor oleh sperma anak laki-lakinya yang baru saja bermain-main dengan tubuh istrinya.
Mama kini juga sudah tidak menepis tanganku yang selalu berusaha menyentuh buah dadanya. Dia sepertinya sudah capek mengurus tanganku yang selalu liar menggerepe tubuhnya. Tangankupun kini dapat menikmati tubuhnya dengan bebas. Meremas buah dadanya, memilin puting susunya, serta menarik-narik puting susu ibu kandungku ini. Mama selalu melenguh manja tiap aku mempermainkan buah dadanya. Jelas dia terbawa nafsu. Baik aku maupun mama sangat menikmati permainan erotis yang sangat tabu ini. Yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang ibu dan anak laki-lakinya.
Biasanya aku selalu datang tepat waktu jam 10 malam ke kamarnya. Jika aku keasikan main game atau nonton tv, mama akan menemuiku dan mengingatkanku kalau sudah waktunya tidur. Lalu kamipun bersama-sama masuk ke kamar mama, membuka pakaian kami, lalu berciuman sepuasnya hingga mengantuk. Tentunya tak lupa aku mengeluarkan sperma sebelum tidur.
Meskipun malam hari begitu erotis bersama mama, namun mama bersikap biasa saja saat siang hari. Hanya malam hari saat akan tidur saja aku bisa bermesraan dengan mama dengan dalih mendapatkan ciuman selamat tidur darinya. Meskipun sebenarnya aku dan mama sudah sama-sama tahu kalau yang kita lakukan tidak lagi sekedar ciuman selamat tidur.
Malam ini aku kembali tidur bareng dengan mama. Seperti biasa aku masuk ke kamar mama telanjang bulat. Mama menyambutku dengan senyuman. Mama sudah menungguku di tempat tidur sambil duduk. Tubuh telanjangnya disembunyikan di balik selimut. Rambut panjangnya terurai. Mama tampak begitu menggairahkan.
“Mama cantik banget malam ini,” pujiku. Dia tersenyum manis. Aku gak tahan melihat kecantikan mama. Tanpa menunggu lagi akupun menyusul mama naik ke tempat tidur. Aku sibak selimut putih yang menutupi tubuhnya. Mama hanya memakai celana dalam. Selebihnya semuanya terpampang tanpa benang yang menutupi, termasuk kedua buah dadanya yang begitu ranum.
“Sekali-kali celana dalam mama dibuka juga dong....” pintaku berharap. Mama tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya. Dia masih tidak membolehkan. Aku mencoba memintanya lagi. Kali ini sambil merengek manja. Namun mama tetap kukuh.
“Kamu saja ya yang telanjang,” ujar mama lalu tiduran telentang. Meskipun aku sangat ingin mama beneran telanjang bulat, tapi aku tidak ingin memaksanya. Aku tidak ingin mama marah.
Aku lalu menghimpit tubuh mama. Kamipun berciuman dan saling membelit lidah seperti biasa. Saling berbagi liur satu sama lain hingga wajah kamipun jadi sama-sama basah karena liur. Tubuh kami berhimpitan dan berguling-gulingan di atas tempat tidur mama yang luas. Kadang aku di atas kadang mama yang di atas. Sambil berciuman tanganku juga terus menggerepe-gerepe mama. Punggung, paha, pantat dan juga buah dadanya.
“Muahh...”
Slurupppp..
“Muaahhh”
Kami terus berciuman panas. Nafsuku menggebu-gebu. Begitu nikmat bisa berciuman dengan mama seperti ini. Saat berciuman, sedari tadi aku curi-curi kesempatan menarik celana dalam mama. Perlahan tapi pasti celana dalam mama kini semakin melorot. Mungkin mama menyadarinya, tapi dia hanya membiarkan. Saat ini posisiku sedang berada di bawah ditindih tubuh mama. Celana dalam mama sudah turun hingga ke pahanya. Pantat mama sekarang terbuka bebas dan semakin leluasa aku remas. Sesekali aku tampar pelan. Mama hanya melenguh kecil.
Aku terus mencoba menurunkan celana dalam mama. Sekarang celana dalamnya sudah turun sampai ke lutut. Itu sudah paling jauh tanganku bisa menurunkan celana dalam mama. Karena posisiku telentang di bawah tubuh mama, aku tidak dapat melihat vaginanya. Tapi aku dapat merasakan penisku bersentuhan dengan area vaginanya. Rambut kemaluannya bersentuhan dengan batang penisku. Bahkan aku rasa penisku bersentuhan dengan permukaan lubang vagina mama. Anganku makin terbuai.
Ciuman kami semakin penuh nafsu. Tubuh kami tidak hanya diam, tapi saling menggesek dan saling ingin menempel lebih erat. Membuat penisku dan vagina mama juga semakin menempel dan bergesekan hebat. Semua itu membuat penisku semakin ngaceng gak karuan. Aku sampai gak tahan pengen muncrat.
“Ma... aku muncraaatt” seruku.
Crooot... crooot... crooott
Tanpa bisa ku tahan akupun muncrat. Spermaku berhamburan dengan banyaknya membasahi selangkangan mama.
“Nghhhh sayang...” lenguh mama bergolek ke samping turun dari tubuhku.
“Maaf ma... Adi gak tahan” ujarku. Sekarang aku dapat melihat vagina mama. Di sana tampak betapa banyaknya spermaku yang membasahi area vaginanya. Rambut kemaluan mama yang lebat tampak penuh oleh ceceran spermaku. Saking banyaknya spermaku sampai berceceran turun ke sprei tempat tidur.
Dengan cuek mama kemudian melepaskan celana dalamnya yang sudah terlanjur melorot tersebut. Dia lempar celana dalamnya ke lantai. Dengan menggunakan selimut mama lalu membersihkan area selangkangannya, lalu membersihkan sprei yang berceceran spermaku.
“Nih bersihin,” ujar mama menyerahkan selimut itu padaku. Mama juga memintaku membersihkan perut dan selangkanganku yang berceceran sperma. Aku lakukan sendiri sambil dilihatin mama. Mama memberi arahan jika masih ada bagian yang belum bersih.
“Itu di perutmu masih ada” ujarnya.
Setelah selesai, selimut tersebut kemudian dia lempar ke lantai di sebelah tempat tidur.
“Gara-gara kamu jadi kotor semua” ujar mama bangkit menuju lemari. Aku pikir mama akan mengambil celana dalam baru untuk dipakainya, tapi ternyata mama hanya mengambil selimut baru.
“Kan udah bilang maaf” balasku. Mama hanya tersenyum kecil, bertanda dia tidak benar-benar marah padaku. Dia lalu berbaring ke tempat tidur dan menutupi tubuh kami berdua dengan selimut.
“Iya mama maafkan, sekarang yuk tidur... mama udah ngantuk” ujarnya kemudian.
“Iya ma... hehe”
Aku dan mama kini berada di dalam selimut. Kami berbaring hadap-hadapan. Tubuh kami sama-sama telanjang bulat. Mama tidak lagi memakai celana dalam. Senang banget bisa tidur berdua sama-sama telanjang bulat dengan mama gini.
“Besok besok seperti ini aja ma... gak usah pakai cd lagi, telanjang aja seperti ini” ujarku. Mama lagi-lagi hanya tersenyum. Dia lalu mendekat kepadaku dan mengecup bibirku.
“Selamat tidur sayang,” katanya lirih.
“Met tidur ma...” balasku. Aku betul-betul jauh cinta pada mama. Aku langsung memeluk tubuh mama.
“Hihihi, jangan sampai muncrat lagi ya...” ujarnya.
“Gak ma... tadi udah keluar semua” balasku. Mama tersenyum dan balas memelukku. Jadilah malam itu aku dan mama tidur bersama sambil berpelukan telanjang bulat di balik selimut. Tubuh kami menempel erat. Buah dadanya menempel di dadaku, vaginanya menempel di penisku. Perlahan penisku kembali tegang. Mama yang menyadarinya hanya membiarkan.
Sejak malam itu mama tidak lagi memakai celana dalam saat kami tidur bersama. Seperti biasa aku akan ke kamar mama dengan telanjang bulat. Jika saat itu mama memakai gaun tidur dan aku ingin mama telanjang bulat, maka mamapun akan melepaskan seluruh pakaiannya, yang mana kali ini celana dalamnya juga akan dia lepas. Biasanya aku selalu membantu mama melepaskan pakaiannya. Yang paling kusuka adalah saat melepaskan celana dalamnya. Aku begitu takjub saat melihat vagina mama dari dekat.
Aku tidak selalu meminta mama untuk langsung telanjang bulat. Gaun tidur yang mama pakai kadang terlalu imut dan seksi sehingga mama terlihat sangat menggairahkan ketika memakainya. Jadi akupun meminta mama tetap menggunakan gaun tidur tersebut.
Sekali seminggu mama biasanya akan belanja gaun tidur atau lingerie yang baru. Kadang belanja online, kadang langsung ke mall. Sekali belanja bisa 5 sampai 7 stel. Cukup untuk setiap malam selama seminggu ke depan. Semua yang dia beli sangat seksi. Rata-rata gaun tidurnya tembus pandang. Ada yang seperti jaring ikan bahkan ada yang tali-tali saja. Semua itu khusus dia kenakan hanya untukku, anak kandungnya sendiri.
Aku yang bernafsu kadang gak tahan hingga membuat lingerienya robek. Bahkan kadang sengaja merobeknya. Seperti saat ini. Aku dengan sengaja baru saja merobek lingerie mama yang seperti jaring ikan ini. Padahal itu lingerie mahal dan impor. Robekannya tepat di dada, sehingga membuat buah dada mama menyembul keluar.
“Duh sayang... kok kamu robek sih?” tanya mama gemas.
“Gemas ma...” jawabku.
“Mama juga gemas kamu robek seenaknya... mahal tau,” balasnya.
“Nanti beli baru aja ma...”
“Biar bisa kamu robekin lagi? Udah mama bilang mahal!” ujar mama menjewer telingaku. Aku hanya mengaduh sok kesakitan.
“Ya sudah, kamu lakukan apa yang kamu mau deh” ujar mama kemudian.
“Yang ini aku bikin makin robek boleh kan ma?” tanyaku. Mama mengangguk sambil tersenyum. Akhirnya lingerie mama yang sudah robek di bagian dada itupun aku buat makin robek lagi. Begitulah caraku menelanjangi mama. Karena bahan kainnya yang halus, maka sangat gampang merobeknya. Sambil berciuman, aku robek semuanya sampai mama jadi telanjang bulat.
Setelah mama telanjang bulat, aku meneruskan berciuman dan berpelukan dengan mama. Entah sejak kapan, aktifitas kami kemudian lebih fokus jadi saling gesek-gesek kelamin. Aku kini fokus menggesekan penisku ke vagina mama. Mama sendiri tidak protes. Sepertinya dia juga sudah terbawa nafsu sehingga membiarkan aku menggesekkan penisku ke vaginanya.
Posisiku saat ini di atas tubuh mama yang sedang telentang. Kedua kaki mama lalu aku buka lebar-lebar sehingga vaginanya yang berbulu lebat terpampang jelas di hadapanku. Nafasku memburu kencang melihat pemandangan indah ini.
“Ahhh... sayang... buruan digesek lagi...” erang mama dengan tatapan horni. Jelas ibu kandungku ini juga lagi sange saat ini. Dia juga ketagihan bergesekan kelamin denganku.
“I..iya ma” jawabku.
Akupun mulai menggesekan penisku ke vagina ibu kandungku ini. Sesekali aku menundukkan badan untuk menciumi wajah dan bibirnya. Tanganku juga sering meremas buah dadanya. Mama terus mendesah-desah. Aku dan mama sama-sama terbakar nafsu birahi. Kami menikmati permainan tabu kami.
Cukup lama aku saling bergesekan kelamin dengan mama. Hingga akhirnya aku tidak tahan pengen muncrat. Aku bersiap untuk menembakkan spermaku ke lantai, tapi kemudian aku memikirkan ide lain yang sangat mesum.
“Ma, aku boleh muncrat ke badan mama aja? Gak kena sprei kan kalau gitu?” tanyaku berharap. Mama tampak menarik nafas begitu mendengar permintaanku. Matanya berbinar memancarkan birahi. Dia mungkin gak nyangka aku bakal minta izin muncrat ke badannya. Tapi ternyata mama membolehkan.
“Hmmm.... Boleh” jawab mama. Senang sekali aku mendengarnya.
Akupun mengocok penisku dengan cepat, hingga akhirnya aku muncrat dan menembakkan spermaku ke arah mama. Spermaku muncrat-muncrat ke perutnya, sebagian mengenai buah dadanya. Ahhh... gila... akhirnya aku ngepejuin ibu kandungku sendiri. Spermaku banyak banget yang keluar, menandakan betapa nikmatnya ejakulasiku.
“Sudah sayang? Enak?” tanyanya.
“Enak ma... Makasih ma...” jawabku. Mama tersenyum. Ahh... luar biasa sekali pemandangan mama yang tersenyum manis dengan tubuh telanjang penuh spermaku seperti ini. Sungguh impian yang jadi kenyataan.
“Tolong ambilkan tisu” suruhnya kemudian. Aku lalu mengambilkan tisu kepada mama. Setelah semua bersih, mama lalu merentangkan tangan ingin memelukku. Akupun memberikan tubuhku untuk dipeluknya. Hingga akhirnya aku tertidur di pelukan hangatnya.
Hari hari setelah itu aktifitas mesum kami jadi semakin meningkat. Aku dan mama tidak lagi hanya sekedar menghabiskan waktu dengan ciuman sambil telanjang bulat, tapi lebih banyak melakukan aktifitas menggesekkan kelamin. Setelah aku masuk ke kamar mama, kami hanya berciuman sebentar, lalu kamipun lanjut saling menggesekkan kelamin. Kami melakukannya tanpa perlu ada yang mengajak karena kami sama-sama ingin.
Kadang mama telanjang bulat, kadang aku biarkan gaun tidurnya masih menempel di tubuhnya. Yang penting area selangkangannya bisa bergesekan dengan penisku. Posisi kami juga macam-macam, ada yang mama telentang, ada juga aku yang di bawah sehingga mama lah yang aktif menggoyangkan tubuhnya maju mundur. Aku juga pernah menggesek vagina mama dengan posisi dogi, sambil berbaring, tengkurap, bahkan berdiri. Meskipun hanya menggesekkan kelamin, tapi kami mempraktekkan gaya-gaya bersetubuh.
Jika muncrat, akupun selalu muncrat ke badan mama. Baik perut, buah dada, bahkan mukanya. Mama selalu membolehkan, yang penting jangan sampai mengotori sprei dan selimut katanya.
Lagi-lagi, meskipun aktifitas mesum terlarang kami semakin meningkat, tapi saat siang hari mama selalu bersikap biasa seakan malam sebelumnya tidak terjadi apa-apa. Mungkin bisa saja aku mengajak mama untuk melakukannya saat siang hari, tapi aku rasa suasana dan feelnya akan berbeda. Karena kami melakukan aktifitas terlarang itu dengan dalih ciuman selamat tidur. Padahal yang kami lakukan lebih dari sekedar ciuman selamat tidur. Itulah yang membuatnya feelnya lebih nikmat. Aku yakin itu jugalah yang ada di pikiran mama.
Saat siang hari, pakaian mama tergolong biasa saja di hadapanku. Namun saat malam hari, mama akan mengenakan busana yang sangat nakal khusus untukku. Jika aku memintanya telanjang bulat, mamapun akan menuruti. Lalu kamipun akan berciuman dengan panasnya. Saling menggesekkan kelamin, hingga akhirnya aku muncrat di badan mama.
Malam ini aku sedang asik nonton film di tv. Saat sedang asik nonton, mama tiba-tiba muncul dari belakang sofa. Kepalanya berada di sebelah kiri wajahku.
“Anak mama masih nonton? Belum mau tidur?” ujarnya.
“Hehehe, iya ma... ini mau tidur kok,” aku matikan tv. Mama yang tersenyum kemudian berjalan ke kamarnya. Akupun mengikuti mama. Saat ini dia mengenakan lingerie yang begitu seksi. Warnanya hitam dan transparant dengan model jaring. Aku memang paling suka jika mama mengenakan lingerie yang model jaring begini. Soalnya bikin gemas pengen merobeknya. Di baliknya mama tidak mengenakan apa-apa lagi, jadi buah dada dan vaginanya terlihat jelas.
Begitu sampai di kamar mama, akupun langsung membuka pakaianku. Lalu aku ajak mama berciuman. Seperti malam-malam sebelumnya, setelah puas berciuman, kamipun lanjut menggesekkan kelamin. Aku robek bagian buah dada dan selangkangan lingerie tersebut. Aku meminta mama menungging. Mama setuju. Dengan posisi nungging itu, akupun menyelipkan penisku di antara pangkal paha mama, tepat di bawah permukaan vaginanya. Akupun kemudian menggenjotnya. Sambil menggenjot dari belakang buah dada mama juga aku remas-remas.
“Nghhh.... ma... enak banget...”
Zret... zret... zret...
“Shhh... sayang... ahhh....” erang mama.
Zret.. zret... zreet...
Suara desahan dan erangan kami memenuhi kamar. Kami larut dalam birahi. Kami menikmati aktifitas terlarang ini. Kami sama-sama tahu kalau kami adalah ibu dan anak. Tidak sepantasnya ibu dan anak kandung melakukan hal ini, tapi semakin kami memikirkannya kami justru semakin horni.
Goyanganku semakin lama semakin cepat dan keras. Tangan mama yang tadi menopang tubuhnya kini sudah tidak lagi. Hanya pinggul mama yang masih terangkat. Itupun pada akhirnya mama bener-bener tengkurap. Aku masih menggenjot pangkal paha mama, ataupun menggesekkan penisku di belahan pantat mama. Ah... nafsuin banget pantat dan vagina ibu kandungku ini. Aku sampai gak tahan pengen masukin penisku ke vaginanya. Tapi kalau aku lakukan, aku takut mama marah.
Tak lama kemudian tubuh mama bergelinjang. Sepertinya mama orgasme.
Puas dengan posisi tersebut, aku kemudian minta posisi berbaring telentang. Sekarang mama yang berada di atasku. Dia menggoyangkan pinggulnya maju mundur menggesekkan vaginaku ke batang penisku. Awalnya pelan, lama-lama makin kencang. Mama menggoyangkan pinggulnya seperti beneran ingin penisku masuk ke vaginanya. Dia sepertinya tidak takut kalau penisku beneran masuk ke vaginanya. Dari wajahnya aku tahu mama mengharapkannya, tapi sepertinya masih ada sesuatu yang menghalanginya untuk melakukan itu. Posisi penisku yang berbaring juga menyulitkan untuk masuk ke dalam vaginanya.
“Ma... aku suka banget... enak banget ma rasanya” ujarku mencoba mengajak mama ngobrol.
“Enak ya?”
“Iya Ma...”
“Mama juga suka”
“Ditekan ma coba”
“Kan udah sayang”
“Iya, tapi sekarang beda, coba sekarang kontol aku mama pegang, berdiriin, terus ditekan ke memek mama” pintaku. Lagi-lagi aku melihat tatapan penuh birahi di mata mama ditantang olehku seperti itu.
“Seperti ini?” tanyanya sambil memegang penisku dan mengarahkannya ke liang vaginanya.
“Ughh.. iya gitu, terus ditekan ma...”
“Gini kan?” sambil terus memegang penisku, mama menurunkan tubuhnya hingga ujung penisku mulai masuk ke liang vaginanya.
“Ughh.. iya ma... aahhh enak banget ma...” ujarku yang dibalas mama dengan senyuman manis.
Mama lalu menggoyangkan pinggulnya naik turun. Ujung kepala penisku jadi keluar masuk di vaginanya.
“Enak sayang?”
“Enak, mama enak gak?”
“Enak”
“Coba lebih dalam ma, pasti lebih enak,” pancingku. Dari wajah mama, tampaknya mama seperti ingin berkata ‘kamu nantangin mama?’
“Kita coba ya...” balas mama. Mamapun makin membenamkan penisku ke vaginanya. Mama mendesah sambil menggigit bibirnya saat merasakan vaginanya makin disesaki oleh penis anak kandungnya sendiri.
“Lebih dalam lagi ma, berani?” tanyaku. Mama menatapku dalam-dalam. Lagi-lagi ada kilatan birahi di mata mama. Lalu tanpa ku sangka, tiba-tiba dia hentakkan pinggulnya ke bawah. Penisku langsung ambles masuk seluruhnya ke liang vagina ibu kandungku itu. Kemudian dengan cepat mama menaik-turunkan pinggulnya. Penisku keluar masuk dengan nikmatnya di vagina mama.
“Dasar anak nakal, bilang aja kalau kamu pengen entotin mama... ahhh..... ahhh ahhh....” ujar mama lantang.
“Ahhh... Ma... enak.... ahhh” erangku kenikmatan.
“Ini kan yang kamu mau? Kamu pengen entotin ibu kandungmu sendiri kan? Ini mama kasih...”
“Iya ma... aku pengen ngentotin mama...”
“Iya sayang... mama juga pengen dientotin kamu... ayo kita ngentot sepuasnya... ayo kita berzinah anak kandungku sayang... ahhhhh” balas mama sambil terus menggoyangkan pinggulnya.
Aku dan mama kini tidak malu lagi mengutarakan keinginan kami. Semua yang kami pendam selama ini akhirnya kami lepaskan. Malam ini kami ingin menghabiskan waktu dengan ngentot berdua. Hanya aku dan ibu kandungku.
“Ayo sayang... kamu mau posisi apa? Mama turutin... ahh... sayang... buruan, entotin ibu kandungmu ini” ujar mama kemudian bangkit dari tubuhku.
“Aku pengen entotin mama posisi nungging,” balasku. Sambil senyum-senyum, mama lalu menungging di atas tempat tidur.
“Ayo anakku, entotin ibu kandungmu ini... ayo dogi mama anakku sayang” ujar mama kemudian. Tanpa menungu lagi, aku tancapkan penisku ke vaginanya dan langsung aku genjot dengan cepat.
“Ahhh... sayang... iya... begitu... ahhh... mama suka dientotin kamu... ahhhh...” erang mama.
“Iya ma... aku juga suka ngentotin mama... memek mama nikmat banget, hangat, ahhh... “ erangku.
Desahan dan erangan kami kini jauh lebih heboh. Rasa nikmat yang aku rasakan sekarang tidak ada yang menandinginya. Tidak pernah aku merasakan hal senikmat ini. Tidak ada yang lebih nikmat dibandingkan ngentot dengan ibu kandung sendiri. Aku bahagia jadi anaknya mama. Aku bersyukur lahir dari rahimnya, karena sekarang aku bisa kembali kesana, aku bisa ngentot dengannya.
Jleb jleb jleb jleb...
“Ahhh... sayangku”
“Ahhh... mama sayang”
Jlebb.. jlebbb... jlebb....
Genjotanku makin kencang. Selagi ngentot, sesekali aku mengajak mama berciuman, sesekali tanganku meremas buah dadanya, sesekali aku merobek-robek lingerienya. Lingerie yang sedang mama pakai kini nyaris tak berbentuk. Sebagian besar kulitnya kini sudah tidak tertutupi lingerie lagi.
“Mama sayang kamu anak kandungku... entotin mamaa ahhh”
“ahh... ahh... aku juga sayang kamu oh ibu kandungku yang paling cantik.. Adi cinta mama” balasku.
Setelah cukup lama menggenjot dengan posisi dogi, kami lalu berganti posisi yang mana mama telentang dan aku menindih mama dari atas. Dengan posisi itu aku merasakan penisku masuk lebih dalam ke vagina ibu kandungku ini. Setelah cukup lama menggenjot, aku merasakan kalau aku akan muncrat. Penisku terasa berdenyut-denyut. Mamapun ikut merasakannya.
“Kamu mau muncrat sayangku?” tanya mama.
“Iya Ma... ahhh”
“Keluarkan sperma kamu di memek mama... jangan sungkan-sungkan, keluarkan semuanya ke memek ibu kandungmu ini... ahhh...” erang mama.
“Iya ma... aku keluarin semua sperma aku ke memek mama... ahhh”
“Iya... Hamili ibu kandungmu ini.... bikin mama hamil anakmu sayang... ahhh” ujarnya. Darahku berdesir mendengarnya.
“Aku keluar ma... muncraaaattttt”
Aku tekan pinggulku, membenamkan penisku sedalam-dalamnya ke vagina mama. Lalu akupun muncrat dengan nikmatnya.
Crooott... crooottt... crooottt
Sperma yang tadi tertampung di buah zakarku kini berpindah seluruhnya ke liang vagina tempat aku lahir dulu. Rasanya begitu nikmat luar biasa.
“Makasih ma, Adi sayang Mama” ucapku dengan nafas ngos-ngosan.
“Mama juga sayang kamu” balas mama juga dengan nafas putus-putus, lalu mengecup keningku.
“Besok boleh kan kita ngentot lagi?” tanyaku.
“Iyaaa, tentu boleh anakku sayang... silahkan entotin ibu kandungmu ini” jawab mama tersenyum manis. Aku berdebar-debar mendengarnya. Anganku terbang jauh membayangkan setiap malam bisa ngentot dengan ibu kandungku yang cantik dan menggairahkan ini.
Malam itu, akhirnya aku dapat merasakan nikmatnya bersetubuh dengan ibu kandungku sendiri. Malam itu, akhirnya aku dan ibu kandungku benar-benar resmi telah melakukan perzinahan sedarah. Setelah dulu ciuman selamat tidur dari mama hanya sekedar kecupan di kening, kini telah berubah menjadi ciuman panas dan persetubuhan. Kami menikmati hubungan ini. Selama papa tidak di rumah, kami berdua ingin terus menikmati hubungan terlarang ini. Aku selalu ingin mendapatkan ciuman darinya, setiap malam.
“Ma, pengen kayak tadi malam dong...” ajakku siang harinya. Saat itu mama baru saja selesai mencuci piring di dapur.
“Kamu ngomong apa sih?” tanya mama dengan wajah heran, lalu berjalan begitu saja melewatiku. Akupun jadi bingung. Dia seperti gak ingat kejadian tadi malam.
Melihat aku bingung mamapun tertawa.
“Nanti ya jam 10 malam... Ciuman selamat tidur ya kalau sudah mau tidur...” ujar mama kemudian memeletkan lidah. Dasar mama ini. Dia masih tidak ingin suasana dan feelnya jadi berubah. Dia tetap ingin semua aktifitas terlarang itu dilakukan dengan dalih ciuman selamat tidur. Oke deh, aku turuti.
Aaaah... aku gak sabar menunggu datangnya malam. Aku gak sabar mendapatkan ciuman selamat tidur dari mama. Yang mana tentunya kini sudah jauh lebih spesial