Memanjakan Birahi ( POV Abe Abraham ) - Kumpulan Artikel Cerita Seks Terbaru

Update Terbaru

Kumpulan Artikel Cerita Seks Terbaru

Kumpulan Cerita Seks & Foto Bugil Terbaru

Kamis, 09 April 2020

Memanjakan Birahi ( POV Abe Abraham )

Pin di Sableng
Mama ( Ilustrasi )


Masa laluku tidak secerah langit biru seperti waktu aku menulis catatan pribadiku ini. Memang aku tergolong berhasil dalam pendidikanku. Setelah lulus S1, aku langsung mengejar master degree di Amerika Serikat. Dan pulang kembali ke Indonesia dengan perasaan bangga.

Tapi aku tak mau menipu diriku sendiri. Bahwa pada masa masih kuliah di kotaku, banyak hal kelam tergores dalam lembaran kehidupanku.

Dimulai sejak usiaku hampir 19 tahun....

Waktu usiaku 5 tahun, aku menjadi anak yatim, karena ayahku meninggal dalam suatu kecelakaan pesawat terbang di luar negeri. Karena ayahku almarhum seorang eksekutif muda yang mapan, kata Mama.

Setelah ayahku meninggal, lumayan banyak harta yang diwariskan kepada Mama. Belum lagi santunan asuransi dari maskapai penerbangan itu. Meski secara hukum agama, ahli waris Papa itu adalah aku dan dua orang kakak perempuanku, namun aku dan kakak-kakakku saat itu masih kecil-kecil, sehingga kami pasrahkan saja masalah warisan dan uang asuransi itu kepada Mama.

Pada saat aku masih berusia 19 tahun, kedua kakakku juga masih muda-muda. Saat itu Teh Nuke baru berusia 20 tahun dan Teh Reni baru 21 tahun. Tapi mereka sudah pada punya suami. Mungkin hal itu menurun dari Mama yang kawin muda, pada saat Mama baru berusia 17 tahun. Lalu berturut-turut Mama melahirkan Teh Reni waktu usia Mama baru 18 tahun, melahirkan Teh Nuke waktu Mama baru berusia 19 tahun dan melahirkan aku pada waktu Mama baru berusia 20 tahun. Dengan kata lain, Mama setahun sekali melahirkan... !

Berarti pada saat aku berusia 18 tahun ini, usia Mama sudah 38 tahun. Dan sebagai anak bungsu, satu-satunya anak cowok pula, Mama sangat memanjakanku. Apalagi setelah Teh Reni dan Teh Nuke menikah dan dibawa oleh suaminya masing-masing, tinggal aku dan Mama yang tinggal di rumah, bersama seorang pembantu setia bernama Nining.

Pada saat aku berusia 18 tahun inilah awal dari kisah kelamku.

Saat itu aku sering tidur bersama Mama. Terkadang tidur di kamarku sendiri, terutama kalau sedang belajar. Tapi lebih sering tidur bersama Mama. Dan hal itu terjadi sejak aku masih kecil. Karena kalau tidak tidur bersama Mama, aku jadi sulit tidur. Terasa seperti ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang bisa menyebabkanku ngantuk dan tertidur.

Waktu masih kecil, aku senang sekali memijat-mijat tetek Mama sebelum tidur. Dan selalu saja aku tertidur sambil memegangi tetek Mama.

Setelah duduk di bangku SMA pun aku masih suka melakukan hal itu. Mama suka menegurku, “Sekarang kamu udah gede Abe. Jangan megangin tetek Mama gini lagi. “

“Nggak ah... aku suka sulit bobo kalau nggak megangin tetek Mama, “ bantahku

“Tapi kamu kan udah gede Sayang. Kalau ketahuan orang lain, malu kan ? Masa anak SMA harus megangin tetek ibunya menjelang bobo ? Itu kan kelakuan bayi, “ kata Mama.

“Biarin aja. Lain orang lain kebiasaannya. Walau pun udah jadi mahasiswa, aku akan tetap megangin tetek Mama sebelum bobo, “ sanggahku.

Akhirnya Mama membiarkanku berbuat semauku. Biasanya malah Mama yang tidur duluan pada saat aku meremas-remas teteknya.

Tapi lain kelakuanku waktu masih kecil debgan setelah gede begini. Pada waktu masih kecil aku hanya meremas-remas tetek Mama saja, tanpa tujuan yang lain-lain. Tapi setelah jadi mahasiswa, aku mulai senang meremas teteknya sambil mempermainkan pentilnya. Mama pun menegurku. Beliau mengizinkanku untuk meremas toketnya, tapi tidak boleh memainkan pentilnya. Belakangan aku sadar bahwa pentil toket itu sangat sensitif bagi kaum hawa.

Pada waktu tidur, Mama terbiasa nyenyak sekali tidurnya. Terkadang Mama suka mendengkur. Mungkin karena bodynya yang padat gempal itu tidak boleh terlalu banyak bekerja pada siang harinya.

Selain daripada itu, kalau sudah tidur, Mama susah sekali dibangunkannya. Terkadang kuguncang - guncang badannya sambil memanggil - manggil namanya, Mama tetap saja tidur dengan nyenyaknya.

Pada suatu malam ... ketika aku mau tidur di belakang Mama yang sudah tidur miring menghadap ke dinding, aku melihat sesuatu yang lain dari biasanya. Mama tidur miring sambil memeluk lututnya. Mungkin untuk melawan dinginnya malam itu.

Pada saat itu daster Mama tersingkap sampai perutnya. Sehingga aku bisa melihat sesuatu yang lain dari biasanya. Ya ... memek Mama itu kelihatan nyempil di antara kedua pangkal pahanya ... !

Aku degdegan dibuatnya. Lalu kugerakkan wajahku ke bawah bokong Mama... memperhatikan bentuk memek Mama yang tampak jelas itu. Iseng-iseng aku pun mengelus-elusnya perlahan ... makin lama makin penasaran ... sehingga jariku mulai diselundupkan ke bagian di antara dua bibir kemaluan Mama itu. Ternyata jariku memasuki daerah berlendir licin.

Gila ... diam-diam kontolku mulai ngaceng dibuatnya.

Pada saat itu aku hanya mengenakan celana pendek yang ada bagian elastis di lingkaran perutnya. Meski dengan perasaan ragu bercampur dengan penasaran, kuturunkan celana pendekku, sehingga kontolku yang sudah ngaceng ini tersembul.

Ketika kuselundupkan jariku ke dalam celah memek Mama, terasa ada yang basah dan licin. Maka kupegang kontolku sambil kuelus-eluskan moncongnya ke bagian yang basah licin di memek Mama itu, dengan mata tetap waspada, takut Mama terbangun dan memarahiku.

Tapi seperti biasa, Mama kalau sudah nyenyak tidur selalu sulit dibangunkan. Padahal aku sudah mendorong kontolku sampai membenam separohnya. Anjaaay ... ! Ternyata enak sekali kontolku yang sudah berada di dalam jepitan liang memek Mama yang basah dan licin ini ... !

Lalu perlahan - lahan kuayun batang kemaluanku, maju mundur di dalam liang memek Mama yang aduhai ini. Sambil berjaga - jaga kalau Mama mendadak terbangun. Tapi tampaknya Mama tetap pulas tidurnya, tanpa menyadari kalau aku sedang mengentotnya dari belakang.

Hmmm ... aku tidak tahu seperti apa sikap Mama kalau mengetahui bahwa aku sedang menyetubuhinya. Namun aku sudah lupa segalanya. Yang aku tahu, semuanya ini terasa nikmat sekali. Gesekan antara kontolku dengan liang memek Mama menimbulkan rasa geli-geli yang luar biasa enaknya.

Tapi sayangnya aku tak kuat lama menahan rasa nikmat ini. Maklum aku sama sekali belum berpengalaman. Karena selama ini aku hanya sering ngocok di kamar mandi. Baru sekali inilah aku merasakan kontolku dientotkan di dalam memek.

Lalu aku merasakan moncong kontolku menyemprot - nyemprotkan air mani di dalam memek Mama ... crot ... crooottt ... crooooottt ... crooootttttttt ... crooootttttt ... !

Setelah memuntahkan air mani, kontolku melemas dan menciut. Lalu lepas sendiri dari liang memek Mama. Maka kurapikan lagi celana pendekku. Aku pun sengaja membetulkan dater Mama agar menutupi memeknya yang nyempil di antara kedua pangkal pahanya itu.

Lalu aku pun tertidur dengan nyenyaknya.

Tapi sebelum terdengar adzan subuh dari masjid paling dekat dengan rumah kami itu, tiba - tiba mataku terbuka dan menoleh ke arah Mama yang tidurnya sudah berubah posisi. Jadi menelentang.

Aku ingin menyingkapkan daster Mama. Tapi aku ingin kencing. Sudah kebelet. Maka perlahan - lahan aku turun dari tempat tidur.

Setelah kencing, aku kembali lagi ke atas bed. Sementara Mama masih tampak nyenyak tidurnya dalam posisi celentang dengan kedua kakinya agak mengangkang. Lalu perlahan - lahan kusingkapkan dasternya. Dan tampaklah kemaluannya yang berjembut tipis sekali, sehingga bentuk kemaluannya tampak jelas di mataku.

Aku berdebar - debar menyaksikan pemandangan yang sangat indan dan merangsang itu. Perlahan - lahan aku bergerak sampai berada di antara kedua kaki Mama yang mengangkang lebar itu. Tanganku pun bergerak mendekati kemaluan Mama yang tampak tembem dan menggiurkan itu.

Kucolek - colek celah kemaluan Mama dengan hati - hati dan siap untuk melompat ke samping kalau Mama terjaga.

Nafsu memang sudah menguasai jiwaku. Sehingga aku nekad untruk membenamkan batang kemaluanku ke dalam liang memek Mama ... lalu mulai mengayun kontolku perlahan - lahan. Sementara Mama tetap tertidur nyenyak. Seandainya pun Mama terjaga dan marah, aku siap untuk memeluknya erat - erat sambil membuka rahasia yang selama ini kututupi.

Ya ... rahasia itu membuatku berani menjatuhkan dadaku ke atas dada Mama, sambil mempercepat entotanku.

Tiba - tiba Mama membuka matanya. Dan tampak terejut setelah menyadari bahwa dia sedang dientot oleh aku, anak kandungnya... “Abe ! Oooooh.... apa yang sedang kamu lakukan ini ?” pekiknya tertahan.

“Lagi ngentot Mama ... ternyata memek Mama enak sekali ... !” sahutku tanpa menghentikan entotanku.

“Hentikan Abe ... hentikan ... ! Ini dosa besar Abeeee ... !“ Mama meronta tapi kupeluk kedua lengannya erat - erat. Erat sekali ... sehingga Mama tak berkutik.

“Abeee .... oooh ... jangan teruskan Abeee ... cabut kontolmu sekarang juga ... ini dosa besar Abeee ... !“ Mama berusaha meronta terus. Tapi tenagaku jauh lebih kuat untuk menahan kedua lengannya dalam cengkramanku.

“Mama jangan sok suci !” bentakku, “Memangnya disetubuhi oleh Oom Dani waktu aku masih di SMA bukan dosa besar ? “

Mama tampak klaget. Dan berusaha membantah, “Mama dengan Dani hanya ciuman, Abe !”

“Mama pikir aku tidak tau ? Aku menyaksikannya dengan mata kepalaku sendiri. Puluhan kali Mama dientot oleh Oom Dani yang sekarang menghilang entah ke mana. Lalu setelah bersetubuh, Mama suka mandi bareng sama dia. Setelah mandi, ngenwe lagi kan ? Mama pikir pada waktu itu aku tidak tahu ? Nanti rekaman cctv yang sudah kusoimpan di laptopku akan kuputar ulang. Biar Mama tau bahwa aku benar - benar menyaksikan perbuatan Mama dengan lelaki keparat itu ... !”

Mama terhenyak. Dan tidak mengucapkan apa apa lagi.

Mungkin Mama sudah percaya bahwa aku mengetahui petualangannya dengan lelaki bernama Dani yang sering datang ke rumah pada saat aku masih duduk di SMA dahulu.

Dan Mama akhirnya terdiam pasrah pada saat aku semakin menggencarkan entotanku ... ! Bahkan sesaat kemudian Mama mulai menggoyang - goyangkan pinggulnya. Mungkin karena dia mulai merasa enaknya entotan kontolku, yang mungkin saja membuatnya mulai lupa segalanya ... !

Makin lama Mama pun seperti sudah lupa bahwa dia sedang dientot oleh anaknya sendiri. Karena dia mulai merintih - rintih seperti tak terkendalikan lagi oleh kesadarannya, “Abeee ... oooooh ... ooooh ... ternyata kontolmu enak sekali Beee... ! Ayo entot terus sepuasmu Sayaaang ... iyaaaa ... entot terussss ... entoooot ... ! Oooh ... ini luar biasa enaknya Abeee .... duuuuh .... mama sudah bertahun -tahun tidak merasakan enaknya kontol Beee ... entot terus Bee ... entot teruussss... entoooottttt ... ! Gak nyangka kontolmu segini enaknya Abeeee ... ooooh ... ooohhhh ... !”

Aku pun semakin lupa segalanya. Bahkan tidak sadar lagi sejak kapan daster Mama terlepas dari tubuh montoknya.

Yang aku tau cuma satu. Memek Mama luar biasa enaknya ... !

Aku pun semakin gencar menggenjot kontolku bermaju - munduir di dalam jepitan liang memek Mama yang makin lama makin terasa betapa legitnya liang yang pernah melahirkanku ke dunia ini ... !

Tampaknya Mama pun sudah lupa segalanya. Karena Mama terus - terusan merintih perlahan seperti ini : “Abeeee ... kamu nakal ... tapi kontolmu enak sekali Saayaaang ... ayo entot terus ... entot teruuuuussssss ... ini luar biasa enaknya Abeeee .... ooo ... oooohhhh ... pentil tetek mama emut Sayaaang ... iyaaaa ... seperti kamu suka meneteknya waktu masih bayi dahulu ... iyaaaa ... kontolmu ... entoootttt ... entooootttt .... entot teruuuusssssss ... enak sekali .... iyaaaa ... entot terusss Abeeee .... ooo ... ooooh ... oooo .... ooooh ... pentil teteknya juga emut terussss ... sambil disedoooooot.. .. iyaaaa ... iyaaaaa... oooo ... oooh ... makin enaaaaaaaak Beeee ... entooooot .... entoootttt ... !”

Kali ini aku lebih tangguh daripada “mencuri” memek Mama dari belakang sebagai persetubuhan pertama kalinya yang Mama tidak menyadarinya itu.

Keringatku pun mulai bercucuran. Namun aku masih giat mengentot liang memek Mama yang ternyata luar biasa enaknya ini.

Entah berapa lama aku melakukan semuanya ini.

Yang jelas, ketika tubuhku sudah bermandikan keringat, aku tetap mengayun batang kemaluanku yang tak mengenal lelah ini.

Sampai pada suatu saat ... aku tak kuasa lagi menahan nikmatnya menyetubuhi Mama ini. Lalu kucabut batang kemaluanku dari liang memek Mama.

Kupegang dan kukocok - kocok batang kemaluanku di atas perut Mama yang agak buncit. Lalu ... berlompatanlah air maniku di atas perut Mama tercintaku.

Croooottt ... crooot ... crot ... crooooootttt ... crotcrot .... crooooooootttt ... croooooottt ... !

Air maniku berlompatan ke atas perut Mama. Ada juga yang “mendarat” di toket dan di dagu Mama ... !

Mama tidak marah perut dan toket serta dagunya dikecroti air maniku. Bahkan air mani yang terlempar ke dagunya dicolek oleh jarinya, lalu dijilat dan ditelannya.

Karena hari masih sangat pagi, aku pun bergerak ke pinggiran tempat tidur. Mau mandi. Namun aku masih menyempatkan diri meremas toket Mama perlahan sambil berkata, “Maafkan aku sudah kurang ajar ya Mam. “

Mama menatapku sambil menyahut lirih, “Yaaah ... semuanya sudah telanjur terjadi. Mau diapain lagi ... “

Lalu aku melangkah ke kamar mandi dan menyemprotkan air hangat shower ke sekujur tubuhku. Tak lama kemudian Mama pun muncul di kamar mandi yang pintunya tidak kukunci itu. Tak cuma muncul, Mama pun menyabuni tubuhku, seperti yang selalu dilakukannya pada waktu aku masih kecil dahulu ...

“Kamu mau kuliah pagi ini ?” tanya Mama sambil menyabuni punggungku.

“Iya Mam ... “

“Kamu harus lebih rajin kuliah dan cepat jadi sarjana, ya Be. “

“Iya Mam. Kalau Mama kasih memek terus, aku akan semaklin bersemangat untuk kuliah dan mempercepat jadi sarjananya. “

Mama cuma menghela napas panjang. Tapi Mama tidak menolak ketika kusabuni punggungnya, pahanya, toketnya, perutnya dan bahkan memeknya juga ....